Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi Sulawesi Tenggara, H. Zainal Mustamin, melaunching Gerakan Moderasi Beragama di Madrasah Menuju Tahun Toleransi 2022 tingkat Kab. Buton yang dilaksanakan di Kantor Bupati Kab. Buton, selasa kemarin (16/11/2021).
Pada kesempatan ini Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof. KH. Nazaruddin Umar, turut hadir sekaligus memberikan penguatan moderasi beragama kepada segenap Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam Indonesia (AGPAII) se-Kab. Buton.
Launching ini turut disaksikan langsung oleh Bupati Buton, La Bakry, Guru Besar Institut PTIQ Jakarta, Prof. M. Darwis Hide, Waketum MUI, KH. Djakri Nappu, Ketua BP4, KH. Ryha Madi, jajaran Kabid Kanwil Kemenag Sultra, Kepala Kantor Kemenag Kab. Buton, H. Mansur dan segenap Pimpinan OPD lingkup pemda Kab. Buton.
Kakanwil, H. Zainal Mustamin mengatakan launching gerakan moderasi beragama di Kab. Buton adalah dalam rangka menumbuhkan perilaku moderasi beragama di lingkungan sekolah dan madrasah menuju tahun toleransi 2022.
Dikatakan Kakanwil launching moderasi beragama dilingkungan madrasah dan sekolah untuk menjaga islam wasshatiyah, yaitu islam moderat dalam pendekatan sufistik atau pendekatan yang arif dan bijaksana oleh para ulama dimasa lalu agar tetap terjaga dan tidak terkontaminasi dengan pandangan dan perilaku ekstrim dan liberal bagi masyarakat khususnya umat beragama di kab. Buton.
Kakanwil mengungkapkan bahwa Kemenag kab buton berjalan lebih cepat dalam mengimplementasikan program-program kementerian agama di daerah yaitu program gerakan muslim cinta Alquran (Gema Imtaq) yang mendapat respon positif dari bupati Buton, hal tersebut dikatakan Kakanwil berkat dukungan dan sinergitas bersama pemerintah daerah kab. buton.
“Semoga sinergi ini tetap dibangun, karena tugas kami menyemai benih untuk generasi melalui pendekatan budaya, sedangkan bapak Bupati memberikan dukungan baik dari segi infrastruktur dan dukungan lainnya,” jelas Kakanwil.
Kakanwil lantas berpesan, kepada para guru agama agar pengamalan ajaran agama yang moderat bisa dilaksanakan kepada guru-guru agama, karena siswa madrasah dan sekolah merupakan calon pemimpin masa depan.
“sebab mereka yang gagal memahami islam dengan benar, maka itu juga adalah kegagalan para guru agama,” ungkap Kakanwil.
Sementara itu, Bupati Buton, La Bakry mewakili seluruh jajaran pemerintah kab. Buton memberikan apresiasi atas sinergitas program yang terjalin antara Pemda dan Kemenag dan mengaku siap memberi support pembangunan keagamaan di Kab. Buton.
Pada momen istimewa ini Bupati pun mengucap selamat datang dan kehadiran Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof. KH. Nazaruddin Umar, dan Prof. M. Darwis Hide, bersama dengan Kakanwil Kemenag Sultra, H Zainal Mustamin bersama jajaran.
Selanjutnya, Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof. KH. Nazaruddin Umar dalam sambutannya mengungkapkan sebagai kota wali, kab. Buton harus terus dijaga kesuciannya sebagai daerah yang penuh keberkahan, hal tersebut dijelaskannya kab. Buton merupakan daerah islam pertama di Indonesia.
Prof. KH. Nazaruddin Umar mengungkapkan toleransi bisa didapatkan dari tradisi masyarakat buton, dimana kearifan lokal masyarakat buton memegang 4 (empat) prinsip yang menurutnya jika dijadikan sebagai filosofi bangsa, maka Indonesia tidak akan terjadi konflik.
” Pobini-biniti Kuli artinya saling tenggang rasa, poangka-angka tao saling menghargai,
Pomaa-maasiaka artinya saling menyayangi antar sesama anggota masyarakat, dan Ko Adati yang artinya beradab,” terangnya.
Empat filosofi dasar karakter masyarakat buton, menurut Prof. KH. Nazaruddin Umar sudah mencerminkan perilaku toleran, karena itu, dirinya mengatakan untuk tidak mempertentangkan antara adat istiadat sebagai kearifan lokal dengan agama. Mari kita bertoleransi kepada adat istiadat kita,” jelasnya.
Pada kesempatan tersebut Prof. KH. Nazaruddin Umar mengungkapkan bahwa jika kita mengamalkan ajaran islam sepenuhnya, maka akan menumbuhkan perilaku toleransi. Oleh karenanya ia menegaskan untuk belajar toleransi kepada umat Islam, jangan Islam diajari toleransi bahkan kita yang harus menjadi guru toleransi,” terangnya.
Dikatakannya, didalam Al Qur’an, Allah SWT mengsakralkan manusia apapun agama dan etnisnya untuk wajib hukumnya dimuliakan. Jadi itulah hebatnya Islam dalam memperkenalkan hak asasi manusia.
“Maka itu kita harus membuktikan bahwa Islam itu guru toleransi. Maka jika ada yang tidak toleran dalam menjalankan agama maka itu pasti tidak memahami agamanya secara mendalam,” ungkapnya.
Untuk itu KH. Nazaruddin Umar meminta untuk memahami agama Islam secara konprehensif sehingga bisa menjadi arif, menjadi Muklas yang sedih jika dipuji orang bukan menjadi muklis yang masih terbetik dalam hatinya kesenangan ketika dipuji.
Sebagai rangkaian kegiatan ini, Bupati Buton, La Bakry mengukuhkan DPD Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam Indonesia (AGPAII) kabupaten Buton. Pengukuhan ini disaksikan langsung oleh Ketua AGPAII, La Hamiku. (Red)