Jangan Panik! Itu Yang Dicari Spekulan Agar Harga Minyak Goreng Meroket

Kendari-SarabaNews.com

Foto : Istemewah

Dari penelusuran wartawan sarabanews kenaikan harga minyak goreng(Migor) sangat dratis berkisar diantara Rp 35.000 – 50.000/liter yang tersebar diberbagai pasar dan kios kelontong lainnya, ini berdampak adanya Panic buying sehingga harga melambung tinggi, hal inilah yang sangat disukai spekulan. Untuk itu diharapkan masyarakat khususnya konsumen Migor jangan panik sehingga harga tidak dipermainkan oleh oknum spekulan yang memanfaatkan situasi tersebut.

Menurut Dr. Weka Gusmiarty Abdullah, SP, MP mengatakan “Naiknya harga minyak goreng(Migor) yang meroket di kota Kendari perlu adanya langkah strategis Pemerintah dan instansi terkait termasuk aparat penegak hukum. Sebenarnya pemerintah sudah melakukan langkah2 strategis berupa operasi pasar (hanya saja perlu lebih ditertibkan) dan penyelidikan spekulan-spekulan Migor (namun masih perlu DIGIATKAN LAGI)”.

langkah strategis lainnya dalam jangka pendek yakni ;

1. Terkait penyelidikan spekulan, bisa lebih digiatkan di semua rantai pemasaran Migor, kemudian hasilnya tidak hanya dengan memberikan hukuman pidana tapi Migor tersebut didistribusikan di Operasi pasar,

2). membuat regulasi pembatasan jumlah eskpor dan meningkatkan tarif ekspor ‘untuk menjamin kecukupan supply Migor dan sembako lainnya’ terutama di masa-masa krisis Migor seperti saat ini.

Kondisi ini merupakan EXCESS DEMAND (demand > supply atau permintaan lebih tinggi dari ketersediaan) sehingga ‘penyelidikan/penelitian’ semakin penting untuk menemukan penyebab kelangkaan tersebut.

Sedangkan untuk langkah strategis jangka panjangnya yakni ;

1). “Menghidupkan'” UMKM Migor alternatif kelapa sawit,

2). Membuat stratifikasi Migor seperti beberapa jenis Migor. seperti halnya BBM, ada Pertamax, pertalite, premium. atau seperti beras, ada kualitas kepala spesial, kepala, dolog, dll.

Lebih lanjut Weka mengatakan “Tentu saja kenaikan harga Migor penyumbang inflasi karena Migor adalah bahan baku banyak olahan pangan, apalagi mayoritas masyarakat Indonesia umumnya dan Kendari khususnya sangat gemar goreng-gorengan, tumis-tumis, Frozen food, nah aneka gorengan, makanan tumis, Frozen food berpotensi naik bersamaan maka mereka turut menyumbang inflasi”.

“Tapi seberapa besar kenaikan inflasi, sy tidak bisa menjawab karena idealnya dilakukan penelitian atau perhitungan dahulu dalam hal ini Badan Pusat Statistik atau lembaga terkait lainnya.

 

“Ini bisa jadi peluang bagi UMKM untuk mengembangkan kreatifitas bisnis olahan makanan yang minim Migor atau kampanye ke masyarakat, juga meyakinkan masyarakat kecukupaan Migor agar tidak terjadi PANIC BUYING, sehingga bisa berkontribusi pada upaya pengurangan dari sisi Demand untuk kembali mempertemukan kembali Supply dan demand di titik ekuilibriumnya”, Tutup Weka yang juga Dosen agribisnis UHO.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *