DLH Prov. Sultra Fasilitasi Pendampingan Budi Daya Maggot

Kendari-SarabaNews.com

Foto : Istemewah

Pendiri Bank Sampah Bumi Mepokoaso Kab.Konawe, Aswan didampingi Kepala Desa Wukusao Mahamid, berkunjung ke Dinas Lingkungan Hidup(DLH) Provinsi Sulawesi Tenggara dalam rangka memberikan sosialisasi tentang budi daya maggot,(Jumat, 2/9/2024).

 

Dalam kunjungannya diterima langsung Kepala DLH Prov. Sultra Bapak Dr. Andi Makkawaru. Dimana DLH menyambut baik program budi daya maggot tersebut yang juga merupakan salah satu program yang bisa disinergikan dalam upaya untuk mengurangi produksi sampah hingga di skala rumah tangga.

 

Dr. Andi Makkawaru, menjelaskan, tahun ini DLH sendiri menggagas program pengelolaan sampah organik melalui budi daya maggot. Dalam pelaksanaan nantinya, inovasi budidaya maggot ini diterapkan di beberapa Kabupaten termasuk konawe sendiri.

 

’’Untuk itu, kami dari DLH akan memberikan pelatihan sekaligus pendampingan bagi warga yang menjadi perwakilan setiap rukun warga(RW) di setiap desa, dan bersinergi dengan pihak terkait termasuk Bank Sampah Bumi Mepekoaso”, Imbuh Dr. Andi Makkawaru.

 

Sekedar informasi pelatihan dan pendampingan telah digulirkan mulai Juli kemarin, yakni dimulai dengan kegiatan bimbingan teknis (bimtek).

 

Selanjutnya, ungkap Andi Makkawaru, DLH menggandeng Bank Sampah Bumi Mepokoaso untuk memberikan pendampingan kepada calon pembudi daya maggot atau larva dari lalat Black Soldier Fly (BSF) ini. ’’Tim telah memberikan pendampingan fase pertama terkait penetasan telur maggot,’’ bebernya.

 

Tak hanya itu, Aswan sebagai Founder Bank sampah bumi mepokoaso akan lakukan pendampingan langsung serta memantau proses pembesaran maggot.

 

Pada tahap tersebut, makanan yang diberikan kepada larva BSF berasal dari sampah organik yang dihasilkan dari rumah masing-masing.

 

 

Sangat BERNILAI EKONOMIS untuk Warga saat mengikuti pelatihan dan pendampingan budi daya maggot didesa wukusao kec.wonggeduku kab.konawe.

 

’’Baik dari sampah dapur seperti sisa makanan, buah, maupun sayuran bisa dijadikan pakan maggot. Sehingga diharapkan sampah organik habis di tingkat rumah tangga,’’ papar Andi.

 

Pendampingan akan terus dilaksanakan hingga masyarakat benar benar paham mulai pada masa pre-pupa atau fase larva bermetamorfosis menjadi lalat.

 

Di sela tahapan tersebut, tim pendamping juga akan melakukan monitoring dan evaluasi (monev).

 

Dikatakan Andi Makkawaru, hasil dari budi daya maggot akan sepenuhnya dimanfaatkan oleh warga sendiri. Baik untuk mengurangi biaya pakan ternak baik unggas maupun ikan, atau bisa dijual langsung untuk peningkatan ekonomi masyarakat.

 

’’Kalau produksinya berlimpah, maggot juga bisa dikeringkan dan bisa dijual sebagai pakan ikan atau burung,’’ tutup andi Makkawaru

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *